assalamu'alaikum sanak asdonyo...
sedikit edukasi tentang budaya minangkabau, kali ini saia nge shar tentang pehelatan pernikahan di daerah adat minangkabau... ajibbb .. tambah bangga jadi orang minang.. .. bukan bermaksud sok pinter bukan juga gara2 kebelet nikah .. haa tp yaahhh bagi2 ilmu lah.. ..
silahkan di baca..
sedikit edukasi tentang budaya minangkabau, kali ini saia nge shar tentang pehelatan pernikahan di daerah adat minangkabau... ajibbb .. tambah bangga jadi orang minang.. .. bukan bermaksud sok pinter bukan juga gara2 kebelet nikah .. haa tp yaahhh bagi2 ilmu lah.. ..
silahkan di baca..
Tradisi
perhelatan pernikahan menurut adat Minangkabau lazimnya melalui
sejumlah prosesi yang hingga kini masih dijunjung tinggi untuk
dilaksanakan serta melibatkan keluarga besar kedua calon mempelai,
terutama dari keluarga pihak wanita. Berikut beberapa tradisi dan
upacara adat yang biasa dilakukan baik sebelum maupun setelah acara
pernikahan:
1. Maresek / Meraba
Meresek merupakan penjajakan
pertama sebagai permulaan dari rangkaian tatacara pelaksanaan
pernikahan. Sesuai dengan sistem kekerabatan di Minangkabau, pihak
keluarga wanita mendatangi pihak keluarga pria. Lazimnya pihak keluarga
yang datang membawa buah tangan berupa kue atau buah-buahan sesuai
dengan sopan santun budaya timur. Pada awalnya beberapa wanita yang
berpengalaman diutus untuk mencari tahu apakah pemuda yang dituju
berminat untuk menikah dan cocok dengan si gadis. Prosesi bisa
berlangsung beberapa kali perundingan sampai tercapai sebuah kesepakatan
dari kedua belah pihak keluarga.
2. Meminang dan Bertukar Tanda
Keluarga
calon mempelai wanita mendatangi keluarga calon mempelai pria untuk
meminang. Bila tunangan diterima, berlanjut dengan bertukar tanda
sebagai simbol pengikat perjanjian dan tidak dapat diputuskan secara
sepihak. Acara melibatkan orang tua atau ninik mamak dan para sesepuh
dari kedua belah pihak.
Rombongan keluarga calon
mempelai wanita datang dengan membawa sirih pinang lengkap disusun dalam
carano atau kampla yaitu tas yang terbuat dari daun pandan. Menyuguhkan
sirih diawal pertemuan dengan harapan apabila ada kekurangan atau
kejanggalan tidak akan menjadi gunjingan. Sebaliknya, hal-hal yang manis
dalam pertemuan akan melekat dan diingat selamanya. Selain itu juga
disertakan oleh-oleh kue-kue dan buah-buahan. Benda-benda yang
dipertukarkan biasanya benda-benda pusaka seperti keris, kain adat atau
benda lain yang bernilai sejarah bagi keluarga. Benda-benda ini akan
dikembalikan dalam suatu acara resmi setelah berlangsung akad nikah.
Tata caranya diawali dengan juru
bicara keluarga wanita yang menyuguhkan sirih lengkap untuk dicicipi
oleh keluarga pihak laki-laki sebagai tanda persembahan. Juru bicara
menyampaikan lamaran resmi. Jika diterima berlanjut dengan bertukar
tanda ikatan masing-masing. Selanjutnya berembug soal tata cara
penjemputan calon mempelai pria.
3. Mahanta / Minta Izin / Mengantar
Calon mempelai pria mengabarkan
dan mohon doa restu rencana pernikahan kepada mamak-mamaknya,
saudara-saudara ayahnya, kakak-kakaknya yang telah berkeluarga dan para
sesepuh yang dihormati. Hal yang sama dilakukan oleh calon mempelai
wanita, diwakili oleh kerabat wanita yang sudah berkeluarga dengan cara
mengantar sirih.
Bagi calon mempelai pria membawa
selapah yang berisi daun nipah dan tembakau (namun saat ini sedah
digantikan dengan rokok). Sementara bagi keluarga calon mempelai wanita
ritual ini menyertakan sirih lengkap.
Ritual ini ditujukan untuk
memberitahukan dan mohon doa rencana pernikahannya. Biasanya keluarga
yang didatangi akan memberikan bantuan untuk ikut memikul beban dan
biaya pernikahan sesuai kemampuan.
4. Babako – Babaki
Pihak keluarga dari ayah calon
mempelai wanita (disebut bako) ingin memperlihatkan kasih sayangnya
dengan ikut memikul biaya sesuai kemampuan. Acara berlangsung beberapa
hari sebelum acara akad nikah.
Perlengkapan yang disertakan
biasanya berupa sirih lengkap (sebagai kepala adat), nasi kuning
singgang ayam (makanan adat), antaran barang yang diperlukan calon
mempelai wanita seperti seperangkat busana, perhiasan emas, lauk pauk
baik yang sudah dimasak maupun yang masih mentah, kue-kue dan
sebagainya.
Sesuai tradisi, calon mempelai
wanita dijemput untuk dibawa ke rumah keluarga ayahnya. Kemudian para
tetua memberi nasihat. Keesokan harinya, calon mempelai wanita diarak
kembali ke rumahnya diiringi keluarga pihak ayah dengan membawa berbagai
macam barang bantuan tadi.
5. Malam Bainai
Bainai berarti melekatkan
tumbukan halus daun pacar merah atau daun inai ke kuku-kuku calon
pengantin wanita. Tumbukan ini akan meninggalkan bekas warna merah
cemerlang pada kuku. Lazimnya berlangsung malam hari sebelum akad nikah.
Tradisi ini sebagai ungkapan kasih sayang dan doa restu dari para
sesepuh keluarga mempelai wanita.
Busana khusus untuk upacara
bainai yakni baju tokoh dan bersunting rendah. Perlengkapan lain yang
digunakan antara lain air yang berisi keharuman tujuh kembang, daun iani
tumbuk, payung kuning, kain jajakan kuning, kain simpai dan kursi untuk
calon mempelai.
Calon mempelai wanita dengan
baju tokoh dan bersunting rendah dibawa keluar dari kamar diapit kawan
sebayanya. Acara mandi-mandi secara simbolik dengan memercikkan air
harum tujuh kembang oleh para sesepuh dan kedua orang tua. Selanjutnya,
kuku-kuku calon mempelai wanita diberi inai.
6. Manjapuik Marapulai /Menjemput Pengantin Pria
Ini adalah acara adat yang
paling penting dalam seluruh rangkaian acara perkawinan menurut adat
Minangkabau. Calon pengantin pria dijemput dan dibawa ke rumah calon
pengantin wanita untuk melangsungkan akad nikah. Prosesi ini juga
dibarengi pemberian gelar pusaka kepada calon mempelai pria sebagai
tanda sudah dewasa.
Lazimnya pihak keluarga calon
pengantin wanita harus membawa sirih lengkap dalam cerana yang
menandakan datangnya secara beradat, pakaian pengantin pria lengkap,
nasi kuning singgang ayam, lauk pauk, kue-kue serta buah-buahan. Untuk
daerah pesisir Sumatera barat biasanya juga menyertakan payung kuning,
tombak, pedang serta uang jemputan atau uang hilang.
Rombongan utusan dari keluarga
calon mempelai wanita menjemput calon mempelai pria sambil membawa
perlengkapan. Setelah prosesi sambah mayambah dan mengutarakan maksud
kedatangan, barang-barang diserahkan. Calon pengantin pria beserta
rombongan diarak menuju kediaman calon mempelai wanita.
7. Penyambutan di Rumah Anak Daro
Tradisi menyambut kedatangan
calon mempelai pria di rumah calon mempelai wanita lazimnya merupakan
momen meriah dan besar. Diiringi bunyi musik tradisional khas Minang
yakni talempong dan gandang tabuk, serta barisan Gelombang Adat timbal
balik yang terdiri dari pemuda-pemuda berpakaian silat, serta disambut
para dara berpakaian adat yang menyuguhkan sirih.
Sirih dalam carano adat lengkap,
payung kuning keemasan, beras kuning, kain jajakan putih merupakan
perlengkapan yang biasanya digunakan.
Keluarga mempelai wanita
memayungi calon mempelai pria disambut dengan tari Gelombang Adat timbal
balik. Berikutnya, barisan dara menyambut rombongan dengan persembahan
sirih lengkap. Para sesepuh wanita menaburi calon pengantin pria dengan
beras kuning. Sebelum memasuki pintu rumah, kaki calon mempelai pria
diperciki air sebagai lambang mensucikan, lalu berjalan menapaki kain
putih menuju ke tempat berlangsungnya akad.
8. Tradisi seusai akad nikah
Ada lima acara adat Minang yang
lazim dilaksanakan seusai akad nikah. Yaitu memulang tanda, mengumumkan
gelar pengantin pria, mengadu kening, mengeruk nasi kuning dan bermain
coki.
* Memulangkan tanda
Setelah
resmi sebagai suami istri maka tanda yang diberikan sebagai ikatan
janji sewaktu lamaran dikembalikan oleh kedua belah pihak.
*Mengumumnkan gelar pengantin pria
Gelar sebagai tanda kehormatan dan kedewasaan yang disandang mempelai pria lazimnya diumumkan langsung oleh ninik mamak kaumnya.
*Mengadu Kening
Pasangan
mempelai dipimpin oleh para sesepuh wanita menyentuhkan kening mereka
satu sama lain. Kedua mempelai didudukkan saling berhadapan dan diantara
wajah keduanya dipisahkan dengan sebuah kipas, lalu kipas diturunkan
secara perlahan. Setelah itu kening pengantin akan saling bersentuhan.
*Mangaruak Nasi Kuning
Prosesi
ini mengisyaratkan hubungan kerjasama antara suami isri harus selalu
saling menahan diri dan melengkapi. Ritual diawali dengan kedua
pengantin berebut mengambil daging ayam yang tersembunyi di dalam nasi
kuning.
*Bermain Coki
Coki
adalah permaian tradisional Ranah Minang. Yakni semacam permainan catur
yang dilakukan oleh dua orang, papan permainan menyerupai halma.
Permainan ini bermakna agar kedua mempelai bisa saling meluluhkan
kekakuan dan egonya masing-masing agar tercipta kemesraan.
Disadur dari buku : Tata Cara Perkawinan Adat Istiadat Minangkabau oleh Nazif Basir & Elly Kasim