Sahabat, barusan saia coba buka
buka trait baru, awalnya buka buka artikel tentang salah satu tokoh nasional
kita Sutan Ibrahim atau lebih d knal dengan nama Tan Malaka. tapi di sudut blog
saia liat artikel yang judulnya “karena kamu tulang rusukku” saia merasa
tertarik untuk mencoba membuka dan membacanya, setelah saia baca ternyata ini
ceritanya begitu dalem.. ngena bgt…
OK, ga mo pake intro yg panjang
.. silahkan aj baca langsung.
Dada ini longar bila tanpa
penyangga, dada ini akan terasa terhimpit bila tulang yang ada tak mampu mampu
menopang desah nafas. Itulah tulang rusuk, tulang rusuk suami ada pada istri
dan istri sebagai penopang kehidupan suami. Tak lantas beramarah bila rusuk itu
kemudian susah untuk diluruskan, dan tak harus jenggah bila suami tak jua
segera meluruskan. Yang dibutuhkan adalah pengertian, kesabaran dan saling
memberi waktu untuk mengerti. Itulah hakikat cinta sejati pasangan suami-istri.
Karena Kamu Tulang Rusukku
Karena Kamu Tulang Rusukku
Sebuah senja yang sempurna, sepotong donat, dan lagu cinta yang lembut. Adakah yang lebih indah dari itu, bagi sepasang manusia yang memadu kasih? Raka dan Dara duduk di punggung senja itu, berpotong percakapan lewat, beratus tawa timpas, lalu Dara pun memulai meminta kepastian. ya, tentang cinta.
Dara : Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?
Raka : Kamu dong?
Dara : Menurut kamu, aku ini
siapa?
Raka : (Berpikir sejenak, lalu
menatap Dara dengan pasti) Kamu tulang rusukku! Ada tertulis, Tuhan melihat
bahwa Adam kesepian. Saat Adam tidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan
menciptakan Hawa. Semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat
menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hati.”
Setelah menikah, Dara dan Raka mengalami masa yang indah dan manis untuk sesaat. Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kepenatan hidup yang kain mendera. Hidup mereka menjadi membosankan. Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain. Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. Pada suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran, Dara lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak,
“Kamu nggak cinta lagi sama aku!”
Raka sangat membenci ketidakdewasaan Dara dan secara spontan balik berteriak,
“Aku menyesal kita menikah! Kamu
ternyata bukan tulang rusukku!” Tiba-tiba Dara menjadi terdiam ,
Berdiri terpaku untuk beberapa saat. Matanya basah. Ia menatap Raka, seakan tak percaya pada apa yang telah dia dengar. Raka menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan. Tetapi seperti air yang telah tertumpah, ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali. Dengan berlinang air mata, Dara kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah. “Kalau aku bukan tulang rusukmu, biarkan aku pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing.”
Berdiri terpaku untuk beberapa saat. Matanya basah. Ia menatap Raka, seakan tak percaya pada apa yang telah dia dengar. Raka menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan. Tetapi seperti air yang telah tertumpah, ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali. Dengan berlinang air mata, Dara kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah. “Kalau aku bukan tulang rusukmu, biarkan aku pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing.”
Lima tahun berlalu. Raka tidak
menikah lagi, tetapi berusaha mencari tahu akan kehidupan Dara. Dara pernah ke
luar negeri, menikah dengan orang asing, bercerai, dan kini kembali ke kota
semula. Dan Raka yang tahu semua informasi tentang Dara, merasa kecewa, karena
dia tak pernah diberi kesempatan untuk kembali, Dara tak menunggunya. Dan di
tengah malam yang sunyi, saat Raka meminum kopinya, ia merasakan ada yang sakit
di dadanya. Tapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan Dara. Suatu
hari, mereka akhirnya kembali bertemu. Di airport, di tempat ketika banyak
terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding
pembatas, mata mereka tak saling mau lepas.
Raka : Apa kabar?
Raka : Apa kabar?
Dara : Baik… ngg.., apakah kamu
sudah menemukan rusukmu yang hilang?
Raka : Belum.
Dara : Aku terbang ke New York
dengan penerbangan berikut.
Raka : Aku akan kembali 2 minggu
lagi. Telpon aku kalau kamu sempat. Kamu tahu nomor telepon kita, belum ada
yang berubah. Tidak akan ada yang berubah.
Dara tersenyum manis, lalu
berlalu.
“Good bye….”
Seminggu kemudian, Raka mendengar
bahwa Dara mengalami kecelakaan, mati. Malam itu, sekali lagi, Raka mereguk
kopinya dan kembali merasakan sakit di dadanya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit
itu adalah karena Dara, tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodohnya dia
patahkan.
“Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali adalah fatal”
saduran : apasih.com