Ibu, aku pamit..
melangkahkan kaki menuju tanah perantauan, merauk ilmu sedalam kikisan perasaan.
doakan aku ibu, iringi aku dengan wasilahmu.
izinkan aku menempuh jauhnya waktu.
ibu, aku pamit..
aku tidak ingin bersenda gurau.
aku mencari makna hidup sendiri, mengartikan dan merasakan sendiri.
aku ingin bertahan dari kerasnya perjalanan tanpamu.
ibu,
aku pastikan semua baik baik saja, aku masih bisa dan aku mampu.
aku percaya bu, percaya bahwa dewasa perlu kesendirian.
dewasa butuh penderitaan.
menjilat peluh, membasuh luka yang teriris tajamnya pesakitan.
aku belajar dari mereka bu,
aku ingin seperti hatta, aku ingin seperti syahrir, aku ingin melanglangbuana seperti tan malaka, seperti agus salim,seperti natsir. aku ingin besar seperti hamka bu...
mereka semua terlahir dari bumi kita bu, ranah minang.. mereka orang besar ...
mereka semua merantau...
aku redam dulu rndu ini,
rindu yang setiap malam mengusik.
rindu yang menghujam di kesendirian.
rindu yang menyiksa. yang selalu bertanya akan pertemuan.
sampaikan pada bapak, aku baik baik saja.
aku ingin menjadi tangguh seperti beliau.
aku ingin besar seperti beliau.
akan ku teruskan tajamnya tatapan beliau, menapak lebih jauh tentang pendewasaan.
aku akan bermahkota sebelum helaian rambut beliau bertambah deras memutih.
malam ini aku gemetar, menahan dingin dibalik selimut.
fikiran ku liar bu, ia pergi kemana mana.
mengingat tentang cerita rentamu.
menahan air yang sembunyi di pelipis.
tak ada alunan alunan,
lirik lirik yang hilang tanpa nada.
tak ada nyanyian.
irama hilang dan pengap. diam sepi.
aku akan kembali bu. kembali dengan kesuksesan terikat di pundakkku.
tunggu saja, aku janji !
bandung, dini hari.
31 Maret 13'