Senandung sedu tentang cinta kau
mainkan, beralun sepi berteman hati.
Sampai langit jingga berubah
kelam, menyapa malam yg sesak kehilangan cahaya.
Saat raja siang menenggelamkan
diri, aku datang membawa surga.
angan ku bertepi disini, aku seperti
berada di negeri ilusi.
dengan gelap yang berdindingkan
kedinginan.
Aku mencari mu di sudut sepi,
kebutaan tanpa lentera, menyikap sebaris tabir gelap kehidupan.
Kita berbisik dengan malaikat,
mendengarkan satu persatu kata yang berselang nafas panjang dan kegugupan.
Dengarkan sayangku, dengarkan
irama nafasku.
Kota ini semakin terang bercahaya,
lebih terik dari biasanya. sinar silau ujung matamu.
Aku manusia yang bertanya pada
hujan, bagaimana menghapus rintik di sudut mata seorang hawa.
Karena aku tak kenal air mata.
Aku manusia yang bertanya pada gemuruh,
bagaimana berbisik lembut pada seorang wanita.
Karena aku buta kata kata.
Aku manusia yang bertanya pada riak, bagaimana
menjadi setia pada samudera.
Karena aku tak mudah terbiasa.
Tapi aku putra mahadewa yang
lahir dari kedamaian.
Aku menunduk … terteguk ….
Sosok mu menjelma menjadi sajak
sajak mula , menjadi marka pembatas ke
liar an.
menembus mata ujung pena, tertata
bersama tinta ….
“Aku manusia liar yang takhluk tunduk sebab kelembutan nuranimu”
Lovember ...
Lovember ...