Masalah
disiplin adalah masalah yang hampir dirasakan oleh semua Organisasi, baik yang
berskala kecil lebih lebih yang memiliki skala organisasi besar. Banyak owner
atau pemilik perusahaan mengeluhkan hal kedisiplinan karyawannya sehingga
mengeluarkan banyak dana hanya untuk membuat karyawan disiplin sesuai
ekspektasi yang mereka miliki, tak heran jika dewasa ini banyak perusahaan yang
gulung tikar karena dimulai dari sikap karyawan yang tidak disiplin.
Jika
kita mendengar kata disiplin kerja sering kali kita menghubungkannya kepada
hukuman atau sanksi dan pelanggaran. Tetapi lebih dari itu disiplin memiliki
makna yang lebih luas.
Disiplin
adalah tindakan yang dilakukan seorang atasan untuk membentuk, memperbaiki dan
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap karyawan dalam melaksanakan
peraturan dan standar organisasi.
Menurut
Riza Aryanto. Staf
Pengajar PPM Manajemenyang juga Konsultan – PT Binaman Utama, dalam tulisannya
yang dimuat pada Kolom Peluang Karir, Harian Republika, 19 Februari
2000. Sebenarnya disiplin hanya memiliki tiga
tujuan, namun hal ini sangat krusial jika diabaikan, diantaranya yaitu:
- Pembentukan sikap kendali diri yang positif. Tujuan utama dari disiplin. Seorang karyawan yang memiliki kendali diri positif sangat diharapkan oleh organisasi. Tanpa adanya peraturan pun secara otomatis ia sudah mendisiplinkan diri sendiri. Sebagai contoh, karyawan yang bekerja tetap waktu, sadar untuk menghasilkan produk yang berkualitas tanpa perlu banyak diatur oleh atasannya.
- Pengendalian kerja. Agar pekerjaan yang dilakukan oleh para karyawan lebih efektif dan sesuai dengan tujuan organisasi maka dilakukan pengendalian kerja dalam bentuk pemberlakuan peraturan perusahaan, standar dan tata tertib organisasi.
- Perbaikan sikap. Dilakukan dengan menggunakan kegiatan orientasi, pelatihan, pemberlakuan sanksi, dan sebagainya untuk karyawan yang dirasakan belum memenuhi standar dan peraturan perusahaan.
Mc
Gregor (1967), menjelaskan dalam bukunya, bahwa disiplin akan bekerja dengan
baik apabila memenuhi empat prinsip yang disebutnya sebagai Prinsip Tungku
Panas (The Hot Stove Rule), yakni:
Adanya
pemberitahuan awal bagi para karyawan mengenai hal-hal yang terkait
dalam disiplin kerja, sebelum mereka melakukan tindakan indisipliner. Beberapa
penerapan yang dapat dilakukan manajer adalah dengan memberikan orientasi
mengenai hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan untuk para karyawan baru,
distribusi peraturan perusahaan untuk semua karyawan dan pelatihan-pelatihan
untuk meningkatkan kinerja karyawan.
Segera,
merupakan prinsip kedua. Dampak dari tindakan indisipliner yang dilakukan
seorang karyawan akan efektif jika sesegera mungkin didapatkan oleh yang
bersangkutan. Semakin cepat tindakan yang diberikan oleh atasan kepada karyawan
tersebut, semakin efektif penerapan disiplin yang dilakukan.
Prinsip
ketiga adalah konsisten, perlakuan yang adil atas pendisiplinan karyawan
dalam bentuk konsistensi tindakan akan berpengaruh terhadap efektivitas
disiplin kerja.
Yang
terakhir adalah impersonal, bahwa tindakan disiplin akan melihat kepada
apa yang dilakukan oleh karyawan, bukan kepada siapa yang melakukannya.
Peraturan yang ada berlaku atas seluruh lapisan organisasi,mulai dari top
management sampai dengan para pelaksana.
Keempat
prinsip di atas menjadi dasar penerapan disiplin yang akan dilakukan oleh seorang
atasan terhadap para bawahannya.
Mulai
sekarang, mulailah berfikir apakah organisasi anda ingin disiplin atau gulung
tikar? Pilihan ada di tangan anda.
*Nadrian
Akhsanov - HRD Advess Business Solution, Bandung, Jawa Barat