Politik Islam dan Politik Jahiliyyah
Label: Pengetahuan
catatan ini saia dapat dari teman kecil saia yang kini telah tercatat manjadi warga negara di negeri jiran (malaysia) ... mungkin dalam penyampaian nya agak sedikit berbau melayu... namun tag sulit bagi kita untuk memahami... silahkan di baca... shar juga untuk teman-teman yang suka dengan dunia ISLAMIC POLITIC ... selamat membaca sahabat :)
Dalam buku Fiq Politik Menurut Imam Hasan Al-Banna , Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris menulis: ”Politik itu terbagi dua: politik syar’i (politik Islam) dan politik non syar’i (politik non Islam). Politik
syar’i bererti upaya membawa semua manusia kepada pandangan syar’i dan
khilafah (sistem pemerintahan Islam) yang berfungsi untuk menjaga agama
(Islam) dan urusan dunia. Adapun politik non syar’i atau politik
versi manusia adalah politik yang membawa orang kepada pandangan
manusia yang diterjemahkan ke undang-undang ciptaan manusia dan hukum
lainnya sebagai pengganti bagi syari’at Islam dan bisa saja
bertentangan dengan Islam. Politik seperti ini menolak politik syar’i kerena merupakan politik yang tidak memiliki agama. Sedangkan politik yang tidak memiliki agama adalah politik jahiliyah.”
Semenjak
tahun 1924 ummat Islam tidak lagi hidup di bawah naungan sistem Islam
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Bahkan di berbagai penjuru
dunia Islam dideklarasikan berdirinya negara-negara dengan konsep nation-state(negara-kebangsaan).
Mulailah kaum muslimin mengekor kepada negara-negara kafir yang
mengkotak-kotakkan manusia berdasarkan keanekaragaman suku dan bangsa.
Sebelumnya ketika Khilafah Islamiyyah masih
tegak ummat Islam hanya memahami manusia berdasarkan pembagian yang
Allah gambarkan di dalam Al-Qur’an, iaitu manusia beriman (Al-Mu’minun) dan manusia kafir (Al-Kafirun).
Ketika
Khilafah masih tegak ummat Islam tidak mengenal adanya pemisahan antara
urusan agama dengan berbagai urusan kehidupan sehari-hari, termasuk
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tidak ada pemisahan antara
kehidupan beragama dalam tataran kehidupan individual mahupun sosial.
Namun semenjak faham negara-aqidah dihapuskan lalu diganti dengan ideologi nasionalisme mulailah
kaum muslimin mengalami pergeseran tolok ukur. Aqidah Islam yang
sebelumnya dijadikan sebagai perekat utama masyarakat dilokalisir
menjadi sebatas keyakinan individual muslim. Sedangkan masyarakat
diarahkan untuk menjadikan etnisitas kebangsaan sebagai perekat
kehidupan sosial. Seolah2 agama hanya berlaku dalam tataran pribadi,
sedangkan dalam tataran sosial agama harus disampingkan. Kemudian
muncullah ajaran primordial kebangsaan yang menggantikan agama sebagai
identitas dan perekat sosial.
Dalam buku Petunjuk Jalan bab Tumbuhnya Masyarakat Islam dan Ciri Khasnya, Sayyid Qutb menulis: ”Sesungguhnya dakwah Islam yang dibawa Nabi Muhammadshollallahu ’alaih wa sallam merupakan
mata rantai terakhir dari rangkaian dakwah dan seruan ke jalan Islam
yang telah berjalan lama di bawah pimpinan para Rasul dan utusan-utusan
Allah yang mulia. Dakwah ini di sepanjang sejarah wujud manusia mempunyai sasaran dan tujuan yang satu. Yaitu,membimbing
manusia untuk mengenal Ilah mereka yang Maha Esa dan Yang Maha Benar,
agar mereka menyembah dan mengabdi hanya kepada Ilah Yang Maha Esa dan
mengubur segala penuhanan terhadap sesama makhluk.
Seluruh
umat manusia kecuali segelintir orang saja, tidak ingkar dengan dasar
ketuhanan dan tidak menafikan wujudnya Tuhan; tetapi mereka salah pilih
dalam hal mengenal hakikat Tuhan yang benar. Mereka menyekutukan Tuhan yang benar dengan tuhan-tuhan yang lain. Bisa dalam bentuk ibadat dan akidah, atau pun dalam bentuk ketaatan di bidang pemerintahan dan kekuasaan.
Dua
bentuk itu adalah SYIRIK yang boleh menyebabkan manusia keluar dari
agama Allah. Padahal para Rasul sudah mengenalkan Allah swt. kepada
mereka. Tapi, mereka mengingkariNya setelah berlalu beberapa masa dan
generasi. Mereka pun kembali ke alam jahiliyah, kemudian kembali
mensyirikkan Allah, baik dalam bentuk akidah dan ibadat, atau dalam
bentuk ketaatan di bidang pemerintahan, atau pun di dalam dua bentuk
itu sekaligus.
Inilah
dia tabiat dakwah ke jalan Allah di sepanjang sejarah umat manusia. Ia
mempunyai tujuan dan sasaran yang satu yaitu “ISLAM (MENYERAH)” di
dalam pengertian penyerahan diri sepenuhnya, penyerahan diri dan
kepatuhan para hamba kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam, menarik
umat manusia keluar dari mengabdikan diri kepada sesama hamba Allah,
kepada suasana menyembah dan mengabdikan diri kepada Allah SWT, membawa
mereka keluar dari sikap patuh dan tunduk kepada sesama hamba Allah di
dalam urusan peraturan hidup dan pemerintahan, nilai-nilai dan
kebudayaan, untuk bersikap patuh dan tunduk kepada kekuasaan
pemerintahan dan peraturan Allah saja di dalam semua urusan hidup.”
Untuk inilah Islam datang melalui Nabi Muhammadshollallahu ’alaih wa sallamsebagaimana ia datang melalui para Rasul sebelum beliau. Ia
datang untuk membawa umat manusia patuh kepada kekuasaan dan
pemerintahan Allah seperti seluruh alam ini berjalan mengikuti landasan
peraturan Allah.”
Sebuah masyarakat Islam berbeza samasekali dari masyarakat Jahiliyyah. Masyarakat Islam berdiri di atas fondasi aqidah La Ilaha Illa Allah,
keyakinan bahwa hanya Allah sajalah satu-satunya tempat memuja, memuji,
memohon pertolongan, menyerahkan kepatuhan dan ketaatan. Penghambaan
kepada Allah bukan tercermin dalam urusan ibadah ritual-formal belaka.
Tetapi ia juga tercermin dalam aspek nilai-nilai moral serta
hukum-hukum pribadi mahupun sosial yang berlaku dalam kehidupan
sehari-hari.
Sedangkan
sebuah masyarakat Jahiliyyah berdiri di atas fondasi bahwa sesama
manusia boleh dipuji, dipuja, dimintai pertolongannya, diserahkan
kepatuhan dan kesetiaan kepadanya. Oleh kerana di dalam masyarakat
seperti ini akan selalu hadir para thaghut, iaitu pihak yang sedikit
saja memperoleh kekuasaan lalu berlaku melampaui batas sehingga
menuntut ketaatan dari para rakyatnya, pengikutnya, muridnya,
bawahannya. Dalam
sejarah kemanusiaan Allah abadikan di dalam AlQur’an gambaran thaghut
paling ideal iaitu Fir’aun. Fir’aun yang sombong sehingga sampai hati
memgelarkan dirinya di hadapan rakyat Mesir yang ia pimpin dengan
kalimat: ”Akulah tuhan kalian yang Maha Mulia.”
Tetapi
Fir'aun mendustakan dan mendurhakai. Kemudian dia berpaling seraya
berusaha menantang (Musa). Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya)
lalu berseru memanggil kaumnya. berkata: "Akulah tuhanmu yang paling
tinggi". (QS AnNaziat ayat 21-24)
Itulah
sebabnya mengapa segenap para Nabi dan Rasul utusan Allah menyampaikan
suatu seruan universal yang berlaku sepanjang zaman. Iaitu seruan
kepada umatnya masing-masing agar menyembah Allah semata dan menjauhkan
diri dari para thaghut.
“Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.” (QS
An-Nahl ayat 36)
Politik Islam adalah politik syar’i. Ia merupakan politik yang berlandaskan konsepsi mendasar aqidah Islamiyyah, yaitu La Ilaha Illa Allah,
keyakinan bahwa hanya Allah sajalah satu-satunya tempat memuja, memuji,
memohon pertolongan, menyerahkan kepatuhan dan kesetiaan. Politik
Islam pasti akan menghantarkan masyarakat untuk membentuk diri menjadi
masyarakat Islam. Sedangkan politik jahiliyyah merupakan politik yang
tidak syar’i. Politik jahiliyyah akan menghasilkan tumbuhnya sebuah
masyarakat jahiliyyah lengkap dengan suburnya eksistensi para thaghut
di dalamnya. Politik seperti ini akan menyebabkan manusia sedar tidak
sedar menghamba kepada sesama manusia.
Mengomentari
kondisi realita umat Islam dewasa ini tidak lagi hidup di bawah naungan
sistem Khilafah Islamiyyah yang telah runtuh 85 tahun yang lalu, maka
Said Hawwa dalam kitabnya Jundullah menulis: ”Akibatnya, hilanglah Islam dari kehidupan manusia secara hampir sempurna. Hilanglah sistem politiknya, dan hilanglah konsepnya dari umat, untuk digantikan dengan konsep nasionalisme.
Konsepnya hilang dari negara, untuk digantikan dengan konsep lain. Juga
hilang dari ruang pengadilan, untuk digantikan yang lain. Syariatnya hilang digantikan dengan perundangan lain. Konsepnya hilang dari ruang-ruang permusyawaratan, untuk digantikan konsep demokrasi Timur atau Barat. Konsepnya hilang dari kekuasaan eksekutif untuk digantikan
dengan konsep jahiliah secara total. Konsepnya hilang dari parti-parti
yang Rabbani untuk digantikan oleh sistem kepartian jahiliah.”
Saudaraku, marilah dengan penuh kesabaran kita meniti kembali jalan perjuangan Nabi shollallahu ’alaih wa sallamdan
para sahabat ketika mereka masih tertindas di kota Mekkah sebelum
hijrah ke Madinah. Marilah kita pelajari kembali bagaimana Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dan
para sahabat berjuang tanpa sedikit pun berfikir untuk bertolakansur
dengan sistem jahiliyyah dan para thaghutnya ketika mereka masih lemah
sekalipun. Sebab mereka hanya punya satu cita-cita, iaitu mengembalikan
hati manusia ke dalam pangkuan aqidah kalimat tauhid dimana manusia
diajak untuk hanya menghamba kepada Allah dan tunduk kepada syariatNya.
Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dan
para sahabat tidak pernah sejenak pun bertoleransi dengan aqidah
kemusyrikan dan tunduk kepada sistem jahiliyyah yang berlaku, betapapun
risikonya mereka terpaksa mengalami berbagai ujian, tekanan,
penyeksaan, penindasan bahkan pembunuhan.
Saudaraku, bagaimanapun kita perlu memahami bahwa Politik Islam tidaklah sama dengan Politik Jahiliyyah.
Berbeza satu sama lain dalam hal landasan keyakinannya, semangatnya,
fikrah-ideologinya, sistem pembentukannya, budayanya, tingkah-laku para
pelakunya. Yang jelas, keduanya sangat berbeza secara fundamental dalam
hal siapa yang dijadikan pusat kesetiaan, penghambaan dan
ketergantungan. Politik Islam sejak
hari pertama telah memproklamirkan dirinya sebagai sebuah mega-proyek
untuk pembebasan manusia dari penghambaan sesama manusia untuk hanya
menghamba kepada Allah semata. Sedangkan Politik Jahiliyyah menjadikan
sesama manusia sebagai tempat menyerahkan kesetiaan, ketaatan dan
ketergantungan sehingga suburlah di dalamnya para thaghut...!!
Ya
Allah, tunjukkanlah kepada kami bahwa yang benar itu adalah benar dan
berilah kami kekuatan untuk mengikutinya. Dan tunjukkanlah kepada kami
bahwa yang batil itu adalah batil dan berilah kami kekuatan untuk
menjauhinya. Amin.
sumber : eramuslim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar