Sabtu, 27 Oktober 2012

SASTRA (Chairil Anwar) BELUM MATI




*Oleh : Nadrian Akhsanov

                     Sastra yang sejatinya adalah suara jiwa, sinar yang menerangi sudut sudut kelam buramnya pemikiran manusia tentang bahasa. Lahir dan besar oleh para penyair dan menjadi sebuah ketenangan batin bagi mereka penikmatnya.

                     Sastra lahir dari ucapan, goresan, dan pemikiran yang dingin dari penciptanya. sastra menyentuh semua golongan. Menjadi tidak aneh ketika mahasiswa psychology menyukai sastra. karena sastra itu indah. Indonesia sebagai satu bangsa yang besar memiliki beberapa deretan penyair penyair hebat, nama nama mereka tidak hanya terkenal di nusantara namun juga di kalangan sastrawan dunia, dan hasil karya mereka juga menjadi referensi dari berbagai satra dunia, sebut saja Chairil Anwar, si binatang jalang ini merupakan pelopor penyair angkatan 45 yang paling disegani, Chairil Anwar bukan hanya sebuah nama, tapi juga nama untuk sebuah situasi. situasi dimana sosok apatis itu di besarkan. Sajak sajak yang membayangi kita hingga hari ini adalah suatu bentuk betapa chairil tidak bisa dilepaskan dari sastra nusantara. Puisi puisi karya chairil membangkitkan kekayaan berbahasa kita sampai ke tingkat yang mustahil dikatakan, tetapi tetap indah dan masuk akal.
                                                           

                         AKU

                     Kalau sampai waktuku
                     Ku mau tak seorangpun merayu
                     Tidak juga kau
                     Tak perlu sedu sedan itu
                     Aku ini binatang jalang
                     Dari kumpulannya terbuang
                     Biar peluru menembus kulitku
                     Aku tetap meradang menerjang
                     Luka dan bisa kubawa berlari
                     Berlari
                    Hingga hilang pedih peri
                     Dan aku akan lebih tidak peduli
                     Aku mau hidup seribu tahun lagi

                     Siapa yang tidak kenal dengan puisi diatas, mustahil jika anda menyukai sastra tapi tidak tau dengan puisi yang satu ini. Selama ini puisi puisi karya chairil anwar tersebar dalam beberapa buku seperti deru campur debu, kerikil tajam dan yang terampas dan yang putus, tiga menguak takdir dan chairil anwar pelopor angkatan 45. Kita bisa lihat dari sisi bahasa kalimat dan kata yang di sampaikan, begitu tinggi dan dalam. Kesetiaan chairil Anwar terhadap bentuk bentuk puisi lama sesungguhnya lebih besar daripada kita duga, “senja di pelabuhan kecil” salah satu buktinya, puisi ini juga memperluas konsep sampiran dan isi dalam pantun, bait pertama dan kedua adalah sampiran dan bait ketiga adalah isi.

                     Bahasa yang di sampaikan chairil dari karya karya nya mengandung makna yang terkadang tidak bisa kita artikan sendiri, dan sampai detik ini sajak, bait dan lirik chairil masih menjadi rujukan dan sangat mempengaruhi bahasa tulisan ku. Indonesia punya begitu banyak penyair yang tidak kalah hebatnya, sebut saja taufik ismail, soe hook gie, ws.rendra, aa navis,hingga buya hamka dan masih begitu banyak yang tidak bisa di sebutkan satu persatu. dan merka semua adalah orang orang hebat yang memotivasi ku untuk selalu berkarya. Hiduplah sastra.. perkaya dunia dengan bahasa mu... jangan jadikan bahasa itu lirih biarkan dia hidup bersama senyum ... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar