MEMPERTANYAKAN INDEPENDENSI MEDIA DI INDONESIA
Pertumbuhan media masa di
indoensia akhir akhir ini semakin berkembang pesat, mulai dari media cetak hingga elektronik yang berdasarkan kuantitas semakin banyak
bermunculan. Seperti jamur yang tumbuh subur saat musim hujan, media masa menjelma
bak central informasi yang terdepan sejak rezim orde baru tumbang di tangan
mahasiswa atas prakarsa raknyat. Setiap orang berhak bersuara lantang mengkritik,
mempertanyakan ataupun mengungkapkan argumennya dengan jaminan undang undang
yang telah diamandemen.
Media
masa menjadi sarana yang paling tepat untuk menggiring opini public tentang
suatu permasalahan, segala bentuk persoalan bisa tersampaikan kepada public
hanya dalam waktu singkat. Kemajuan teknologi menjadikan semua informasi mudah
di dapatkan, dan media masa adalah satu satunya tempat yang bisa di harapkan
masyarakat untuk menyampaikan semua itu dengan berita yang actual, terpercaya
dan berimbang. Pertanyaannya hari ini adalah, apakah media masa di Indonesia
telah memenuhi criteria itu?
Jawaban
yang saya dapatkan adalah tidak!, Fenomena yang terjadi dewasa ini adalah media
masa di Indonesia telah menjadi lahan bisnis yang di komersilkan oleh beberapa
pihak yang mempunyai kepentingan pribadi maupun kelompok, tumbuh suburnya para
penguasa penguasa pertelevisian maupun media cetak menjadikan media masa
seperti TV, radio maupun Koran tidak lagi menyampaikan sesuatu yang membuat
masyarakat cerdas. Banyak informasi pesanan
yang bertujuan untuk menggiring opini public pada satu kesimpulan tertentu,
penyampaian yang tidak berimbang inilah yang saya rasa perlu di benahi.
Kepentingan
kepentingan pribadi maupun kelompok ini menjadikan media masa Indonesia terlalu
mudah untuk di domplengi, ada sosok sosok super power dibalik penyampaian opini
yang kemukakan, beberapa media terbesar di Indonesia sebut saja Metro TV dan
Koran Media Indonesia yang tidak bisa di pisahkan dari sosok Surya Paloh, TV
One, ANTV dan Viva News dengan Abu Rizal Bakrie, RCTI,Global TV,MNC Group dan
Koran Sindo dengan sosok Hari Tanoe Soedibiyo, Trans Corp dengan Chairul
Tanjung dan masih banyak media masa yang notabene adalah milik perseorangan
yang mempunyai ambisi tertentu.
Dari
beberapa deretan TV dan Koran nasional yang saya paparkan tadi, bisa dilihat
bahwa tiga dari nama sosok sentral itu adalah orang orang yang bermain di medan
politik tanah air. Surya Paloh dengan NASDEM nya, ARB dengan Golkar dan HT
dengan Hanura nya yang kental, hanya Chairul Tanjung yang tidak masuk ke dalam dunia politik. Bukan
bermaksud untuk shu’uzhon, mari kita lihat beberapa deretan berita yang di
sampaikan oleh masing masing tv nasional itu, isinya hanya saling serang dengan
berita yang saling menyudutkan pihak pihak tertentu. Sangat jelas sekali adanya
konflik kepentingan disini. Tidak percaya? Ok, silahkan anda cari satu saja
berita mengenai Liga Primer Indonesia (LPI) di TV One, hampir tidak ada liputan
tentang itu, kalaupun ada itu hanya berita miring. Lagi ? sekarang kita
berpindah ke TV tetangga nya, silahkan anda simak berita berita di Metro TV,
berita yang menyangkut nama Bakrie pasti tidak lepas seputar masalah ganti rugi
lahan oleh Lapindo di Sidoardjo.
Hanya
TV si anak singkong yang masih bisa
terlihat netral karena mungkin Chairul Tanjung belum masuk ke pusaran partai
politik namun, bukan tidak mungkin suatu hari hal tersebut akan terjadi. Survei
survei gelap yang dilakukan oleh beberapa LSM hanya untuk mengangkat pamor
sosok tertentu yang di tayangkan oleh media juga sangat besar pengaruhnya bagi
masyarakat awam.
Media masa juga
merupakan satu pihak yang harus bertanggung jawab yang selama ini gencar
menyebarkan Islam Phobia di tengah tengah masyarakat. Beberapa konsepan tentang
penyampaian opini satu arah di siarkan dengan kedok diskusi, namun pada
kenyataanya itu hanya salah satu cara untuk bagaimana agar masyarakat tertelan
pemahaman pemahaman untuk anti Islam. Berita berita tentang Islam di buat
menjadi sesuatu yang wah dan di kupas
secara tajam, padahal isinya hanya doctrin doctrin agar menolak. Isue terrorist
yang di buat santer, poligami yang di lebih lebihkan, dan masih banyak lagi. Penggunaan
redaksi pada penyampaian berita juga sangat berpengaruh pada pemahaman public
dalam mencerna berita. Dan saya rasa TVRI masih lebih baik dan berimbang dari
semua TV Swasta Nasional yang ada hari ini.
Bagi kita
generasi muda, sebagai cendikiawan yang mempunyai tanggung jawab moral, Ini
tugas kita, disinilah kita meluruskan segala bentuk kemiringan tersebut.
Membuat orang cerdas dalam memilih berita, tunjukkan kalau kita menentang
setiap bentuk pembodohan !
“SAYA PERCAYA DENGAN SDM JURNALIS, TAPI RAGU DENGAN INDEPENDENSI MEDIA”
-Psychanov-