Minggu, 26 Mei 2013



MEMPERTANYAKAN INDEPENDENSI MEDIA DI INDONESIA

         Pertumbuhan media masa di indoensia akhir akhir ini semakin berkembang pesat, mulai dari media cetak hingga elektronik yang berdasarkan kuantitas semakin banyak bermunculan. Seperti jamur yang tumbuh subur saat musim hujan, media masa menjelma bak central informasi yang terdepan sejak rezim orde baru tumbang di tangan mahasiswa atas prakarsa raknyat. Setiap orang berhak bersuara lantang mengkritik, mempertanyakan ataupun mengungkapkan argumennya dengan jaminan undang undang yang telah diamandemen. 

        Media masa menjadi sarana yang paling tepat untuk menggiring opini public tentang suatu permasalahan, segala bentuk persoalan bisa tersampaikan kepada public hanya dalam waktu singkat. Kemajuan teknologi menjadikan semua informasi mudah di dapatkan, dan media masa adalah satu satunya tempat yang bisa di harapkan masyarakat untuk menyampaikan semua itu dengan berita yang actual, terpercaya dan berimbang. Pertanyaannya hari ini adalah, apakah media masa di Indonesia telah memenuhi criteria itu? 

                Jawaban yang saya dapatkan adalah tidak!, Fenomena yang terjadi dewasa ini adalah media masa di Indonesia telah menjadi lahan bisnis yang di komersilkan oleh beberapa pihak yang mempunyai kepentingan pribadi maupun kelompok, tumbuh suburnya para penguasa penguasa pertelevisian maupun media cetak menjadikan media masa seperti TV, radio maupun Koran tidak lagi menyampaikan sesuatu yang membuat masyarakat cerdas. Banyak informasi pesanan yang bertujuan untuk menggiring opini public pada satu kesimpulan tertentu, penyampaian yang tidak berimbang inilah yang saya rasa perlu di benahi.
           
                Kepentingan kepentingan pribadi maupun kelompok ini menjadikan media masa Indonesia terlalu mudah untuk di domplengi, ada sosok sosok super power dibalik penyampaian opini yang kemukakan, beberapa media terbesar di Indonesia sebut saja Metro TV dan Koran Media Indonesia yang tidak bisa di pisahkan dari sosok Surya Paloh, TV One, ANTV dan Viva News dengan Abu Rizal Bakrie, RCTI,Global TV,MNC Group dan Koran Sindo dengan sosok Hari Tanoe Soedibiyo, Trans Corp dengan Chairul Tanjung dan masih banyak media masa yang notabene adalah milik perseorangan yang mempunyai ambisi tertentu.

                Dari beberapa deretan TV dan Koran nasional yang saya paparkan tadi, bisa dilihat bahwa tiga dari nama sosok sentral itu adalah orang orang yang bermain di medan politik tanah air. Surya Paloh dengan NASDEM nya, ARB dengan Golkar dan HT dengan Hanura nya yang kental, hanya Chairul Tanjung  yang tidak masuk ke dalam dunia politik. Bukan bermaksud untuk shu’uzhon, mari kita lihat beberapa deretan berita yang di sampaikan oleh masing masing tv nasional itu, isinya hanya saling serang dengan berita yang saling menyudutkan pihak pihak tertentu. Sangat jelas sekali adanya konflik kepentingan disini. Tidak percaya? Ok, silahkan anda cari satu saja berita mengenai Liga Primer Indonesia (LPI) di TV One, hampir tidak ada liputan tentang itu, kalaupun ada itu hanya berita miring. Lagi ? sekarang kita berpindah ke TV tetangga nya, silahkan anda simak berita berita di Metro TV, berita yang menyangkut nama Bakrie pasti tidak lepas seputar masalah ganti rugi lahan oleh Lapindo di Sidoardjo.   

                Hanya TV si anak singkong yang masih bisa terlihat netral karena mungkin Chairul Tanjung belum masuk ke pusaran partai politik namun, bukan tidak mungkin suatu hari hal tersebut akan terjadi. Survei survei gelap yang dilakukan oleh beberapa LSM hanya untuk mengangkat pamor sosok tertentu yang di tayangkan oleh media juga sangat besar pengaruhnya bagi masyarakat awam.  

Media masa juga merupakan satu pihak yang harus bertanggung jawab yang selama ini gencar menyebarkan Islam Phobia di tengah tengah masyarakat. Beberapa konsepan tentang penyampaian opini satu arah di siarkan dengan kedok diskusi, namun pada kenyataanya itu hanya salah satu cara untuk bagaimana agar masyarakat tertelan pemahaman pemahaman untuk anti Islam. Berita berita tentang Islam di buat menjadi sesuatu yang wah dan di kupas secara tajam, padahal isinya hanya doctrin doctrin agar menolak. Isue terrorist yang di buat santer, poligami yang di lebih lebihkan, dan masih banyak lagi. Penggunaan redaksi pada penyampaian berita juga sangat berpengaruh pada pemahaman public dalam mencerna berita. Dan saya rasa TVRI masih lebih baik dan berimbang dari semua TV Swasta Nasional yang ada hari ini.

Bagi kita generasi muda, sebagai cendikiawan yang mempunyai tanggung jawab moral, Ini tugas kita, disinilah kita meluruskan segala bentuk kemiringan tersebut. Membuat orang cerdas dalam memilih berita, tunjukkan kalau kita menentang setiap bentuk pembodohan !


“SAYA PERCAYA DENGAN SDM JURNALIS, TAPI RAGU DENGAN INDEPENDENSI MEDIA”
                                                                                                                                                                            -Psychanov-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar