Rabu, 16 Oktober 2013

Pergerakkan, Karya dan Cinta !


              Sedikit demi detik alam membuka tabir nya, sore hari saat mentari tampak malu sembunyi di balik awan, dari timur bumi aku melaju menuju arah kiblat. Menentang bak melawan teriknya yang menyilaukan, apartement sepi menjulang sendiri seperti sombong membanggakan kegagahan, jika malam datang di utara nya terbentang bintang daratan seperti permadani. Kata putri itu sangat cantik, dan aku sepakat tentang keindahan itu. Ituisi jernih membawa harapan lebih dekat dengan jari, aku .. aku yang sudah sedari kemarin membaca teka teki dari garis tangan, mencoba mengartikan kembali bagaimana menerima kewajaran. Aku.. aku yang detik ini  beranjak kembali seperti sebelum nya, kembali ke akarnya, seperti prinsip hidupnya, kembali bersama kewajaran, menerima keadaan, menikmati kerendahan hati. 

Aku punya progress dan ekspektasi untuk kehidupan mendatang, tentang sebuah keajaiban meneduh di bawah payung dipinggiran teluk samagi, yang air nya mengarir jernih menuju samudera pasifik, biru nya seperti langit artik yang beku.  Gerak gerik, lekak lekuk melincah gadis geisha seperti gambar di kaleng wafer, di belakangnnya ada symbol  musim semi negeri matahari terbit, di puncaknya edelweiss dan salju saling bertemu sedang memaknai ketinggian. Aku.. aku bertanya pada mereka, siapa saja yang mendengarkan, aku ini siapa? Mengapa aku seperti ini? 





Mengenali diri seperti memisahkan malam dengan kelam nya, sulit… tak pernah ada hari lagi untuk bernyanyi dengan lirik yang terpotong kedinginan, ketika dua pasang bola mata menuju satu arah biru yang berubah menjadi jingga, selang adzan ia berubah lagi menjadi hitam. Ini kota yang penuh dengan ilusi, imaginasi terlalu liar untuk bermain tanpa kawalan, tapi kota harapan seperti lengang tak ber nyawa, kesunyiannya lebih indah dan khidmat tanpa cercaan dari manusia manusia tak bernurani. Kota itu bukan hanya merekam cerita tentang pergerakkan, revolusi dan karya tapi juga cinta!
               

Kamis, 03 Oktober 2013

LAWAN !

Selamat datang mahasiswa baru. Saatnya kalian menyandang gelar kehormatan yang sebenarnya adalah amanah besar Negara yang harus kalian jalankan sebagai Maha-Siswa, prinsip agent of change atau agent of control harus lah menjadi langkah nyata agar terciptanya Indonesia yang benar benar bermartabat dan independent dalam bersikap, punya identitas ke-indonesiaan yang jelas sebagai suatu bangsa yang terhimpun dalam wadah yang di namakan state (Negara).

Semua kita menginginkan sebuah kesatuan yang terdiri dari banyak fikiran, banyak ide, beragam pemahaman. Terciptanya suatu keadaan yang solid, mengikat dan teguh. Saat unity atau kesatuan di harapkan tercipta, gerakan itu lahir dari satu dasar yang dimunculkan oleh kita sebagai mahasiswa, salah satu nya harus menciptakan isu dan musuh bersama yang harus dilawan. Musuh bersama disini tidak berarti merujuk pada satu lembaga, instansi ataupun personality secara individu. Isu dan musuh bersama di gerakan agar semua mahasiswa merasa perlu untuk bersatu dan melawan hal tersebut dengan cara menyatukan langkah agar sejalan, karena bersatu bukan berarti menjadi satu, tapi merangkul atau mengikat sesuatu yang berbeda beda, dengan tidak menghilangkan identitas ke-Ungu an.
 
Musuh bersama dapat di jadikan sebagai suatu stimulus agar mahasiswa mendapatkan sebuah respon kritis yang menjadikan mereka mertranspormasikan ide ide , wacana serta strategi yang nantinya menjadi langkah bersama untuk melawan. Simple nya kita bisa menciptakan isu “melawan sistem” misalkan,  jika kita tidak mau menyerang lembaga atau individu. Pertanyaan nya megapa? Sebab, suatu sistem yang baik terlahir atas control yang selektif dan sifat kritis adalah cara untuk mengontrolnya, mau bersuara mau untuk selalu mengawal apa yang dikeluarkan menjadi sebuah kebijakan bersama, semua itu bukan untuk kepetingan siapa siapa, tujuan nya hanya satu, untuk kita semua! untuk kebaikan kita di hari hari berikutnya. 

Kita ingat bagaimana bangsa penjajah ketar ketir saat menghadapi para banteng banteng Indonesia saat proklamasi belum di kumandangkan, para the founding father kita berjuang atas satu keinginan, Indonesia harus merdeka Indonesia esok hari harus lebih baik daripada Indonesia hari ini, mereka tersebar dari ujung sabang sampai ujung timur merauke. Suatu gerakan perjuangan yang sangat wah untuk sebuah negeri yang majemuk ini. Pertanyaan yang sama kembali di sampaikan, mengapa itu bisa terjadi? Jawaban nya satu, karena mereka punya isu bersama mereka punya musuh bersama yang harus mereka lawan. Namun apa yang terjadi hari ini? Raknyat Indonesia seakan lupa sejarahnya itu, karena sekarang kita tak tahu lagi siapa kawan siapa lawan, teman yang saling menusuk, musuh dalam selimut, tikaman dari belakang, menggunting dalam lipatan tak jelas lagi siapa yang harus kita lawan, kita tak punya isu dan musuh bersama lagi, isu besar yang lahir akhir akhir ini dengan tema “melawan kurupsi” ,ya ini satu gerakan yang seharusnya bisa di lakukan dengan menyamakan langkah, namun semua kembali ke pribadi masing masing, maukah kita? Sadarkah kita? Karena kalau bukan kita yang akan melawan lalu siapa lagi?

Untuk tataran universitas mungkin kita bisa memunculkan suatu isu yang menjadi perhatian kita bersama, gerakan itu dimulai bukan untuk menghancurkan, bukan untuk meng kudeta suatu kedudukan, bukan! Semua itu murni untuk mengontrol dan menimbulkan sifat kritis dalam diri kita sebagai mahasiswa. Mulailah dari hal kecil, melawan sifat malas, melawan kecurangan, melawan sistem kebijakan yang merugikan, atau melawan apapun. Ingat, bukan untuk memusnahkan, tapi untuk mengontrol… ! agar terciptanya suatu keadaan yang lebih baik kedepannya. Selamat berjuang, selamat memikul gelar mahasiswa dan tetap lah bangun budaya kritis agar kita tahu mana yang baik dan mana yang harus di rubah. Hidup mahasiswa!!!

*DariHatiMahasiswaPsikologi