Jumat, 08 Januari 2016

KENAPA HARUS BANDUNG?


Bismillah,

ini adalah catatan pertama di tahun sekarang, tahun yang semakin mempertegas jika waktu tidak mau menunggu walau sedetikpun duduk manis terdiam. Banyak yang bertanya, kenapa harus bandung?, pertanyaan ini juga dulu sempat lama saya temukan jawabannya, tapi saya menemukan satu jawaban dan bertambah satu, dua dan tiga setelah benar benar menjalaninya, begitu seterusnya, empat,  lima dan selebihnya.

Jawabannya singkat, karena Bandung menyempurnakan semua rukun dari pertanyaan kenapa. Setelah beberapa alasan Tuhan untuk tidak menjerumuskan saya ke sekolah kedinasan seperti mimpi sebelumnya, akhirnya pilihan berlabuh di  kota ini, saya hampir saja diterima dan sah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNDIP Semarang tapi Psikologi adalah pilihan yag tidak bisa di tolak begitu saja.

Kembali surut kemasa silam, banyak alasan kenapa Bandung terpilih sebagai tempat saya menimba ilmu, mau tak mau saya harus jujur jika pikiran saya lama di kuasai oleh buku buku biografi yang saya baca, mulai dari Mohammad Hatta sang proklamator hingga Rizal Ramli di era modern, mereka menjadikan bandung sebagai penyempurna langkah bajiknya, langkah mereka di awali dari ranah beradat di Andalas sana, meletakan dasar kuat dahulu mengakar pendirian sebelum harus berkiprah untuk Bangsa dan Negara lebih luas. Sampai sampai Hatta beristrikan wanita Sunda walau lewat perantara ir.Sukarno.  

Bandung dijadikan sebagai lahan perjuangan yang menyempurnakan kesuksesan, begitu fikirku. kota ini dekat dengan pusat pemerintahan Negara, punya banyak kampus yang menjadi awal mula pemikiran dibentuk, dengan dasar politik, sastra, agama dan adat yang kuat dari ranah Minangkabau di tanah Parahiyangan ini pemikiran itu di kembangkan. Bak sebuah bangunan yang kokoh Painan adalah pondasinya, Bandung adalah tiangnya dan saya sedang menata atap agar tak terus panas hujan oleh cuaca.  Sempurna!

Merugilah mereka yang tidak pernah merantau, hanya hidup di bawah ketiak ibu, atau mengadu ke meja bapak, jago kandang dan hanya akan menjadi katak dalam tempurung.”

Suatu saat saya akan pulang, ikut membangun dari dalam, kenapa tidak seperti gubernur Sumatera Barat  sekarang atau banyak lagi tokoh Minang yang ber diaspora pulang dan menjadi tokoh perubahan untuk negeri kelahiran. Semua  terjawab, kenapa harus Bandung, karena di Bandung ada cimol, cireng, cilok, batagor, seblak, dan kamu!.